Melepas anak-anak untuk hidup mandiri di Kampung Inggris Pare memang menjadi sebuah kegelisahan bagi beberapa orang tua. Jauh dari keluarga, lingkungan baru, orang-orang baru, dan faktor kemandirian anak biasanya menjadi pertimbangan besar yang harus diputuskan. Apalagi bagi anak-anak yang belum pernah hidup jauh dari keluarga. Bagaiamana tidak? Anak-anak diharuskan untuk mandiri mengurus semua kebutuhannya masing-masing. Cukup membingungkan untuk memutuskan melepaskan anak untuk belajar jauh dari orang tua ya….
Di bawah ini adalah sebuah cerita dari Ibu Emmy Kuswandari dari jakarta yang merupakan ibu dari Bhumy (Benaeng Ulunati Bhuny T.), salah satu siswa Mahesa Institute Kampung Inggris Program Short Holiday periode 1 Juli 2019. Pada awalnya Ibu Emmy pun merasa ragu untuk melepas anaknya hidup mandiri di Kampung Inggris Pare. Bahkan Ibu Emmy mendampingi Bhumy selama 2 hari di kampung Inggirs selama 2 hari sebelum meninggalkan anaknya karena tuntutan pekerjaan. Namun, realita kehidupan anaknya selama hidup mandiri di Kampung Inggris menepis semua keraguan yang sebelumnya terbayang dalam ekspektasinya. Cerita selengkapnya mari simak cerita ibu Emmy yang diposting di instagram dengan akun @emykuswandari berikut ini.
Apa kabarmu @b.h.u.m.y yang sudah dua minggu ngecamp di Pare Kediri?
Tadinya tidak percaya diri pada waktu akan ditinggal pulang. Sendiri jadi anak kos membuatnya galau. Tapi itu hanya sejenak. Dia punya daya tahan dan survival yang hebat.
Caranya mengatasi sepi adalah berteman sebanyak-banyaknya. Jadilah mereka ke cafe atau lesehan saat makan malam. Kadang juga jalan kaki dari satu taman ke taman yang lain. Temannya makin banyak dan dari berbagai daerah. Ia menunggu teman-temannya usai solat Isha untuk makan malam bareng.
Ya, soal makan, ia atur sendiri. Begitu juga untuk antar jemput baju kotornya. Pun berusaha untuk olah raga di kamarnya. Cukup? Tidak. Mereka makin jauh pergi dengan kendaraan on line untuk bisa sewa lapangan futsal. Berkeringat dan tertawa senang. 1 jam 110 ribu. “Masing-masing bayar 10 ribu,” ujarnya. Ini menggenapi pestanya. Makan murah, jajan murah dan semuanya menyenangkan.
Liburan ini pasti berarti. Meski dia harus masuk kelas bahasa Inggris sehari 4 kali. Dan teman-teman camp lainnya harus menerapkan bahasa Inggris selama 24 jam.
Belajar bahasa Inggris memang bisa di mana saja. Tetapi di Pare Kediri, sebetulnya dia sedang belajar hidup mandiri. Dan itu bekal, untuk bisa survive di mana pun dia nanti menapakkan kaki. “Sandalku ilang waktu futsal tadi. Aku lupa masukin tas. Ketinggalan jadinya. Tapi aku sudah beli sandal lainnya Rp 20.000 harganya,” ujarnya. Ia mengadu. Tetapi juga sudah menyelesaikan masalahnya sendiri.
Begitulah pelajaran-pelajaran kecil dari liburannya. Membuat keputusan-keputusan kecil. Menyelesaikan masalahnya sendiri, keterampilan hidup, ketrampilan bergaul, keterampilan sosial, adalah pelajaran-pelajaran mahal dari murahnya nasi pecel di Pare Kediri.
Pada liburan kali ini, dia sedang menanamkan benih-benih percaya pada dirinya sendiri. Bekal nanti untuk bisa mempercayai orang lain dan berkolaborasi.
Bahasa Inggris hanya pintu masuk saja rasanya. Pelajaran hidup di Pare Kediri, akan di kenangnya hingga nanti.
#kampunginggris
#parekediri
@mahesainstitute
Bagaimana?
Masih ragu untuk melepaskan anak-anaknya belajar di kampung Inggris?
Lingkungan kampung inggris merupakan lingkungan yang nyaman untuk belajar dan bersahabat dengan pendatang. Yuk segera datang ke Kampung Inggris!
Nunggu apa lagi?
Yuk belajar Bahasa Inggris di Kampung Inggris hanya bersama Mahesa Institute.
Mau tahu informasi selengkapnya tentang program-program Mahesa Institute dan Kampung Inggris? ikuti terus berita dan informasi di www.mahesainstitute.co.id, follow instagram @mahesainstitute atau langsung saja tanya-tanya langsung via Whatsapp di 08125125324.